Bersama Dewan Penasihat PWI di Workshop Jurnalistik IAIN Metro.
METRO,(Sakilanews) Nampaknya keseriusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro membekali mahasiswanya di Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi patut diacung jempol setelah melibatkan Penasihat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Metro pada Workshop Jurnalistik 2023.
Perhelatan berbagi ilmu jurnalistik, termasuk masalah Design Grafis dan Fotografi dihelat di Lantai II dan III Gedung Rektorat IAIN Metro, Rabu (5/4/2023), sebelum acara dimulai pemateri dari PWI Kota Metro terlibat dialog sejuk dengan Rektor IAIN,
Dr. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag., didampingi Wakil Rektor III, Dr. Mahrus As’ad.
Kemudian, hadir juga Kepala Pusat Pengambdian Msyarakat (P2M) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Sainul., SH.,MA.
Ramah tamah pra pemberian materi jurnalistik nampak akrab dan sangat bermanfaat, apalagi ketika Rektor IAIN, Dr. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag., memaparkan kegiatan jurnalistik yang diadakan, sangat membantu salah satu prodi di kampus tersebut.
“Tentu, manfaat kegiatan itu sangat besar, terutama dampaknya kepada jurusan komunikasi yang ada di IAIN,” tutur Siti Nurjanah.
Sementara itu, PWI Kota Metro menurunkan para wartawan seniornya, kebetulan duduk di Dewan Penasihat, antara lain Naim Emel Prahana, Abdul Wahab, Suprayogi, Ali Imron Muslimin, Bambang Hermanto dan pengganti H. Darmanto hadir Gatot Subroto.
Di ruang Munagosah, Abdul Wahab secara gamplang menjelaskan ketertkaitan antara kaidah jurnalistik dengan desain grafis dan fotografi.
Menurut Wahab, foto yang layak digunakan untuk sebuah berita adalah foto yang mampu mengabstraksikan gagasan atau sudut pandang pemberitaan.
“Jadi, bukan sembarang foto yang dipakai untuk berita, melainkan adalah foto yang bisa menceritakan sesuatu permberitaan dimaksud. Gambar yang memuat pesan tersirat dari sudut pandang atau angle berita,” papar Ketua PWI Metro, periode 2018-2021 itu.
Sedangkan soal desain grafis, lanjutnya, biasanya digunakan untuk membuat suatu ilustrasi dari sebuah kejadian atau peristiwa, yang berupa gambar.
“Desain grafis itu, singkatnya adalah suatu komunikasi visual yang biasanya diramu di meja redaksi oleh sesorang yang khusus menangani desain dan layout dalam perusahaan pers,” kata Wahab.
Kemudian, dalam desain grafis, tambah dia tulisan atau teks, itu juga bisa dianggap gambar, karena huruf-huruf itu juga kan memang hasil visualisasi, simbol yang bisa dibunyikan.
Usai menyampaikan materi jurnalistik kepada sejumlah mahasiswa, Wahab juga membagikan cindera mata berupa majalah bertajuk “DeJourney”. Menurut Wahab, Majalah DeJourney itu merupakan suatu karya jurnalistik yang kaya akan ilmu tulisan dan desain grafis serta fotografi yang ideal dalam suatu karya jurnalistik.
“ Silakan dibuka, baca dan pelajari. Di dalamnya itu banyak sekali karya jurnalistik orisinil yang saya anggap memiliki desain grafis dan fotografi yang berkualitas,” tukasnya.
Di kesempatan materi yang sama, Naim Emel Prahana mengatakan, perkembangan dunia digital di era revolusi industri 5.0.1 sangat pesat dan fungsi design grafis dan fotografi memegang peran sangat penting.
Singkatnya, ujar Naim dihadapan para panitia pelaksana dan mahasiswa di ruang Munawir Zadzaly design grafis itu sangat melekat dengan industri percetakan. Mulai dari seseorang di dunia design grafis seperti drafterr, editor, layouter, art director, fotografer, animator, visualisator, editor video atau integrater design.
“Mereka yang bekerja di dunia tersebuh haruslah punya ketrampilan tinggi, teliti, jiwa seni sehingga hasilnya dapat memberikan pesan dan komunikasi kepada pembaca,” urai Naim.
Jadi, tambah mantan Pengurus PWI Cabang Lampung era HM. Harun Muda Indrajaya periode 1994—1999 drafterr, editor, layouter, art director, fotografer, animator, visualisator, editor butuh kreativitas dalam menciptakan suatu rancangan yang berbentuk gambar.
“Terutama ketelitian dan sekarang untuk menekuni dunia design grafis dan fotografer sudah banyak peralatan dan aplikasi yang dapat digunakan dengan mudah,” jelasnya.
Sedangkan, pemateri Suprayogi, Bambang Hermanto dan Gatot Subroto pun menguraikan secara jelas, singkat tentang jurnalistik dan wartawan profesional.
“Kita bicara soal jurnalistik yang selalu berpedoman pada etika (kode etik jurnalistik), harus benar-benar memahami dan menikmati dunia pewarta itu lebih insten,” tutur Yogi—panggilan akrabnya.
Bambang Hermanto sepakat dengan Wahab, Naim dan Yogi. Keduanya membeberkan pengalaman jurnalistiknya mulai dari tingkat dasar.
“Itu bekal yang harus diperoleh melalui proses yang dibilang butuh ketekunan dan pemahaman mendalam tentang profesional,” tegas Bambang(**)
Belum ada Komentar untuk "Bersama Dewan Penasihat PWI di Workshop Jurnalistik IAIN Metro."
Posting Komentar